~

~
by: Novi Ambarsari (vivovin)
menulis adalah secangkir teh hangat. silakan diminum selagi hangat. maka dengan ini, selamatlah membaca selagi ampasnya mengendap~

Sunday, January 25, 2015

Hujan Bulan Januari



Sajak ini sederhana 

Kau boleh menyebutnya puisi atau surat atau ucapan-ucapan yang tak mau berkata

Karena saat aku menulisnya

Aku membayangkan lentik-lentik cahaya yang terperangkap dalam butiran hujan

yang menggantung malas di kabel-kabel listrik 

dan lampu-lampu kota yang tidur sangat pulas di aspal basah

kau lihat kuningnya yang malu, sesekali disapu bayangan roda-roda mobil

atau motor seorang pemulung di malam hari

dan seekor tikus yang melintas mengalihkan pandangan kita

hendak menyebrang tapi ah, kita terpana oleh bayangan kepalanya yang hitam

lalu garis-garis hujan yang pasrah jatuh dari langit malam

melewati lampu-lampu kota kuning dan kita terpana mengamatinya

kamu tunjukkan padaku adegan sederhana bulir hujan pelan-pelan pulang

kepada aspal-aspal yang terlanjur basah oleh air dan daun-daun kering kuning

aku membayangkan ingatan tentang gurat-gurat batang pohon yang rimbunnya 
meneduhkan kita

alur mengalur kamu bercerita tentang sebuah cerita fiksi yang sama sekali belum pernah aku dengar

kamu sambil meniti alur gurat-gurat pohon, aku sambil meniti jalan jarimu

mendengar kamu berkata bahwa yang berselimut burukpun tak mesti pula buruk

lalu aku teringat bau jaketmu yang biru

dan hidungku yang semakin gatal karena flu

tapi aku terlanjur hampir kuyup

aku ingat bahwa cerita-cerita itu tak akan selesai dibagi dalam satu malam

tak akan cukup meski mendung dan hujan malam itu memeluk matahari esok pagi agar telat masuk kerja

lalu kita bisa terus bercerita dan bercerita

aku teringat bahwa saat itu aku harus segera pulang

dan yang ingin tapi susah kukatakan adalah aku tak mau, belum

tapi aku harus pasti pulang

begitupun kamu

kita adalah bulir-bulir hujan yang pulang kepada aspal basah dan daun-daun kuning kering

mempersilakan dengan sendirinya mengering hingga musim hujan berikutnya

atau sebelum musim hujan berikutnya

atau musim kemarau yang menjemput hujan di bulan Januari berikutnya

aku tidak tahu, seperti kamu, seperti langit malam yang jingga kala itu

(Banyuwangi, 1/26/2015)

0 responses:

Post a Comment

Copyright © 2014 The Words World