Bahasa Penyesalan - A Poem
terinspirasi sama diri sendiri dan dobel terimakasih untuk orang-orang di rumahku. tanpa bangun kesiangan, puisi ini ngga akan (atau belum saatnya) tercipta. :)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Apakah aku terlalu angkuh, Tuhan?
Sehingga merasakan kehadiran-Mu pun aku harus bersusah
payah.
Bahkan ku kira akulah bening hujan yang sempurna
Tapi nyatanya dadaku membusung terlampau jauh
Beningku semakin luruh.
Ku kira aku telah cukup bersimpuh
Kemudian lambat alirku kian keruh.
Apakah aku tersesat, Tuhan?
Sehingga menangis karena-Mu pun aku harus bersusah payah.
Aku berusaha pasrah dengan sesal dalam gundah
Tapi kenyataannya aku ragu
Apakah aku bisa melafal istiqomah
Dengan hati, berbalut pasrah?
Tuhan, angkuhku adalah api
Yang semakin membakar dirinya sendiri
Tuhan, angkuhku adalah tali
Mengikat dirinya tanpa peduli mati,
Aku semakin tuli!
Tapi Tuhan, sesalku adalah bahasa,
Menangis padaMu tanpa daya.
Tuhan, inikah jawaban-jawaban doa?
Setelah aku meminta “kuatkan hatiku seperti baja”?
0 responses:
Post a Comment