~

~
by: Novi Ambarsari (vivovin)
menulis adalah secangkir teh hangat. silakan diminum selagi hangat. maka dengan ini, selamatlah membaca selagi ampasnya mengendap~

Wednesday, April 18, 2012

Daun Keemasan ~ Sebuah Puisi

matahari menyambutmu lagi setelah sekian lama menjerit dikekang malam..

ia sempat tersenyum sebelum benar-benar bisa memandangmu dari kejauhan..

"kau baik-baik saja, daun keemasan?" katanya sebelum ia menapak cahaya pada sehelai rumputan.

kau jawab dengan gigil, bisu. 

cahayanya perlahan menyusup tulang2mu yg pilu.

lengkungmu mengkilat gemerlapan seriuh jantung pembuluhmu oleh debu tentara berseragam.

apa? seberani apa aku berkata sedang aku saksi tersembunyi ketika ratusan molotov diledakkan, pikirmu.


angin selatan mengamuk menyisakan endapan kekhawatiran

pada lambaianmu yang rapuh.

menyisakan bangkai-bangkai lalat yang menganga.

matahari semakin manjauh.

"maaf, aku harus pergi. . ." 


matahari semakin meninggi. . 


angin selatan semakin mengamuk.

angkara bertengger pada dahan-dahan kayu yang lapuk

 

"Tidak. Jangan. . ." teriakmu.


matahari makin jauh. . . .

angin selatan makin riuh. . .

tentara berseragam berdentum-dentum. 


"Matahari, Matahari, Matahari. . ."


setiap pagi, hari datang. . berlalu. . sama, serupa

lalu kau, wahai daun- daun keemasaan 

merindu ajal

merindu pulang. . .

2 comments:

Copyright © 2014 The Words World