Magelang ~ Sebuah Puisi Kerinduan
Kerinduanku memuncak dalam keriuhan kenangan
Yang pernah tak sengaja kita buat karena kita sebenarnya
Telah sudi mempersilakan waktu bergulir begitu saja.
Kerinduanku berdentum-dentum seiring wajah kalian yang
hampir
Memudar ketika aliran listrik di dadaku memaksa kalian untuk
hadir kembali,
Secara nyata!
Secara nyata! Kalian tahu? Dimensi ketiga yang kalian miliki
sambil merangkai kisah dari perbedaan,
Merangkai nyanyian pertemuan yang secara tak sadar menjemput
perpisahan.
Aku tak pernah benar-benar yakin bahwa pertemuan itu nyata!
Karena perpisahan yang kita jemput sendiri terasa makin semu
setiap hari.
Di sini pun, di pagiku yang asal, segalanya membawaku
mundur.
Dokumenter cerita manusia-manusia langka yang menyuguhkan
suatu peristiwa.
Aku rindu kalian!
Aku benar-benar rindu kalian!
Kerinduanku sama sekali membakar seluruh kenyataan bahwa
kita adalah tautan cinta
Yang diseka oleh jarak yang berjarak-jarak dalam jauh tak
terpandang!
Kerinduanku senantiasa membawa jiwaku terbang, sedang ragaku
memberontak.
Aku rindu kalian!
Aku rindu, masih merindu bersama air mataku.
Mengeja kata ‘Mage’ kepada ‘Lang’,
Kalian adalah nafas
yang tertinggal. .
kalian adalah,
Kerinduan. . .
0 responses:
Post a Comment