hujan pertama di bulan November #1
satu jam berlalu
aku sibuk menunggu, berkumul dengan pertanyaan-pertanyaan berisik
buat apa aku diciptakan
sedang akhirnya hanya untuk jatuh berintik-rintik
lalu merembes dengan cepat
menelisik retak-retak bumi
membaur bersamanya,
bercampur aduk dengan kekeringan
atau bahkan aku bisa saja menguap kembali
reinkarnasi..
kau akhirnya datang dengan jawaban yang tidak kuminta
ada misi rahasia yang sedang kita bawa
aku tak mengerti
seserius inikah hidup kita?
aku bahkan lebih suka jadi bulir di atas awan
yang kadang menggumpal jadi kawanan abu-abu mengerikan.
jika rahasia, mengapa kau dan aku dan juga sekawanan yang sama dengan kita,
menyerang bersama
menyerbu
dengan suara berisik
kadang bikin bising
tak sempat juga memilih tanah,
padahal aku lebih suka berenang di samudera
bertemu kawanan lain yang mirip sama
atau berenang bersama lumut kali yang khas
atau bertabrakan dengan bebatuan basah di dasar sungai
tapi kau terus bercerita, entah dongeng atau bukan
semoga aku tak menyesal mendengarkan
tentang kekeringan dan pohon-pohon yang membakar dirinya sendiri
itu lebih mengerikan daripada lecutan cahaya di atap-atap langit
lalu kau bercerita tentang bumi yang tak bisa membedakan
mana asap mana awan
sama-sama abu-abu dan berisik
tentang rindu tanah kepada air
tentang daratan luas yang hampir lupa rasanya embun
lantas waktu itu datang juga
kita semua bersiap dan kau belum selesai bercerita
tanpa pikir panjang gerbang langit terbuka
dalam perjalanan menuju bumi aku memejam mata
aku berdoa dalam-dalam
untuk cerita-ceritamu yang belum selesai,
semoga akan ada yang meneruskannya kembali
tapi pertanyaan-pertanyaanku belum selesai terjawab
seketika tubuhku semakin berat,
jatuhku tak sekedar jatuh.
aku merasakan tarikan yang luar biasa,
mengendap di bagian dasar tubuhku
tanah kering, pohon-pohon yang membakar dirinya sendiri
ceritamu telah berhasil
retak tanah dan celah-celahnya yang gelap
aku mulai mengerti
akulah jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan sendiri
aku lah hujan
yang turun memeluk bumi..
aku sibuk menunggu, berkumul dengan pertanyaan-pertanyaan berisik
buat apa aku diciptakan
sedang akhirnya hanya untuk jatuh berintik-rintik
lalu merembes dengan cepat
menelisik retak-retak bumi
membaur bersamanya,
bercampur aduk dengan kekeringan
atau bahkan aku bisa saja menguap kembali
reinkarnasi..
kau akhirnya datang dengan jawaban yang tidak kuminta
ada misi rahasia yang sedang kita bawa
aku tak mengerti
seserius inikah hidup kita?
aku bahkan lebih suka jadi bulir di atas awan
yang kadang menggumpal jadi kawanan abu-abu mengerikan.
jika rahasia, mengapa kau dan aku dan juga sekawanan yang sama dengan kita,
menyerang bersama
menyerbu
dengan suara berisik
kadang bikin bising
tak sempat juga memilih tanah,
padahal aku lebih suka berenang di samudera
bertemu kawanan lain yang mirip sama
atau berenang bersama lumut kali yang khas
atau bertabrakan dengan bebatuan basah di dasar sungai
tapi kau terus bercerita, entah dongeng atau bukan
semoga aku tak menyesal mendengarkan
tentang kekeringan dan pohon-pohon yang membakar dirinya sendiri
itu lebih mengerikan daripada lecutan cahaya di atap-atap langit
lalu kau bercerita tentang bumi yang tak bisa membedakan
mana asap mana awan
sama-sama abu-abu dan berisik
tentang rindu tanah kepada air
tentang daratan luas yang hampir lupa rasanya embun
lantas waktu itu datang juga
kita semua bersiap dan kau belum selesai bercerita
tanpa pikir panjang gerbang langit terbuka
dalam perjalanan menuju bumi aku memejam mata
aku berdoa dalam-dalam
untuk cerita-ceritamu yang belum selesai,
semoga akan ada yang meneruskannya kembali
tapi pertanyaan-pertanyaanku belum selesai terjawab
seketika tubuhku semakin berat,
jatuhku tak sekedar jatuh.
aku merasakan tarikan yang luar biasa,
mengendap di bagian dasar tubuhku
tanah kering, pohon-pohon yang membakar dirinya sendiri
ceritamu telah berhasil
retak tanah dan celah-celahnya yang gelap
aku mulai mengerti
akulah jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan sendiri
aku lah hujan
yang turun memeluk bumi..
0 responses:
Post a Comment