~

~
by: Novi Ambarsari (vivovin)
menulis adalah secangkir teh hangat. silakan diminum selagi hangat. maka dengan ini, selamatlah membaca selagi ampasnya mengendap~

Friday, October 17, 2014

Toples-toples Kesedihan



Gadis kecil itu berjalan melambat. Seorang laki-laki di seberangnya berjongkok, melapangkan pelukan. Sedetik kemudian gadis kecilnya berlari kencang. Menangkap, menghabiskan pelukan untuk dirinya sendiri. Orang lain tidak boleh kebagian. Kepalanya mungil berguncang kecil-kecil.

“A…ayah..”
Tangis itu tenggelam pasrah ke dalam pelukan raksasa. Ayah tersenyum sambil mengusap rambutnya yang sebahu, berkibar pelan ditiup angin senja taman kota. Hingga tau-tau tangan besar ayah menggendongnya, melewati aroma toko kue, belok kiri lalu berjalan menurun, melewati kerumun anak-anak sepulang sekolah, dan wuush! Mata sang putri kecil terbuka. Sesenggukkan.

“Ini, coba pegang!” ayah berkata pelan, tersenyum. Sesekali membersihkan debu sebuah setoples kaca ditangannya. Gudang belakang rumah selalu punya benda-benda menarik seperti yang ayah sodorkan pada putri kecilnya.

Sang putri kecil mengamati. Memandangi toples dan ayah bergantian. Ayah kenapa memberikanku toples? Pandangnya bingung. 

“Ini namanya toples kesedihan. Lihat, bagus kan?” ayah memekik kecil. Gadis kecilnya masih tidak mengerti.

“Kalau kakak lagi sedih, sedihnya masukin kedalam toples ini. Lalu ditutup rapat jangan sampe sedihnya keluar. Nih, seperti ini..” ayah begitu telaten. Gadis kecilnya hanya mengerjap-ngerjap. Senggukannya pelan-pelan berkurang.

“Coba deh, kakak. Coba tiup ke dalam toples. Nah, iya begitu..”

“Apa ini berhasil, ayah?” tanyanya menyelidik.

“Iya, ayo tiup lagi!” tertawa kecil.

“Sudah belum, yah?” mata si gadis kecil mengamati. Kepalanya mendongak.

“Belum, sini ayah bantu,”

Mereka meniup kesedihan bersama-sama, semudah meniup kincir angin kertas. Berharap semua kesedihan hilang, seperti kebebasan biji-biji bunga kapas. Seakan-akan toples itu hampir penuh, penuh oleh kesedihan macam apapun. Hingga hati terasa lapang, selapang pelukan dan senyuman. Semudah itu.. bahwa kadang kebahagiaan diciptakan dari hal-hal tak logis. Melahirkan tawa renyah hingga pada akhirnya melupakan air mata yang sempat mengering di pipi. Begitulah.. toples-toples kesedihan..

0 responses:

Post a Comment

Copyright © 2014 The Words World