Toples-toples Kesedihan
Gadis kecil itu berjalan melambat. Seorang laki-laki di seberangnya berjongkok, melapangkan pelukan. Sedetik kemudian gadis kecilnya berlari kencang. Menangkap, menghabiskan pelukan untuk dirinya sendiri. Orang lain tidak boleh kebagian. Kepalanya mungil berguncang kecil-kecil.
“A…ayah..”
Tangis itu tenggelam pasrah ke dalam pelukan raksasa. Ayah
tersenyum sambil mengusap rambutnya yang sebahu, berkibar pelan ditiup angin
senja taman kota. Hingga tau-tau tangan besar ayah menggendongnya, melewati
aroma toko kue, belok kiri lalu berjalan menurun, melewati kerumun anak-anak
sepulang sekolah, dan wuush! Mata sang putri kecil terbuka. Sesenggukkan.
“Ini, coba pegang!” ayah berkata pelan, tersenyum. Sesekali
membersihkan debu sebuah setoples kaca ditangannya. Gudang belakang rumah
selalu punya benda-benda menarik seperti yang ayah sodorkan pada putri
kecilnya.
Sang putri kecil mengamati. Memandangi toples dan ayah
bergantian. Ayah kenapa memberikanku toples? Pandangnya bingung.
“Ini namanya toples kesedihan. Lihat, bagus kan?” ayah
memekik kecil. Gadis kecilnya masih tidak mengerti.
“Kalau kakak lagi sedih, sedihnya masukin kedalam toples
ini. Lalu ditutup rapat jangan sampe sedihnya keluar. Nih, seperti ini..” ayah
begitu telaten. Gadis kecilnya hanya mengerjap-ngerjap. Senggukannya
pelan-pelan berkurang.
“Coba deh, kakak. Coba tiup ke dalam toples. Nah, iya begitu..”
“Apa ini berhasil, ayah?” tanyanya menyelidik.
“Iya, ayo tiup lagi!” tertawa kecil.
“Sudah belum, yah?” mata si gadis kecil mengamati. Kepalanya
mendongak.
“Belum, sini ayah bantu,”
Mereka meniup kesedihan bersama-sama, semudah meniup kincir angin
kertas. Berharap semua kesedihan hilang, seperti kebebasan biji-biji bunga kapas.
Seakan-akan toples itu hampir penuh, penuh oleh kesedihan macam apapun. Hingga
hati terasa lapang, selapang pelukan dan senyuman. Semudah itu.. bahwa kadang
kebahagiaan diciptakan dari hal-hal tak logis. Melahirkan tawa renyah hingga
pada akhirnya melupakan air mata yang sempat mengering di pipi. Begitulah..
toples-toples kesedihan..
0 responses:
Post a Comment