~

~
by: Novi Ambarsari (vivovin)
menulis adalah secangkir teh hangat. silakan diminum selagi hangat. maka dengan ini, selamatlah membaca selagi ampasnya mengendap~

Sunday, March 17, 2013

Kekuatan Contekan


Aku pernah membaca kalimat ini, “murka Allah bagi orang-orang yang berdakwah tetapi tidak mengamalkannya.” Kalau versiku begini, “Allah tidak suka pada hamba yang tong kosong nyaring bunyinya.” Baiklah, aku mengerti. Tuhan menyuruh kita untuk melakukan apa yang kita nasihatkan pada orang lain.
Biar gampang, saya kasih contoh.

Percakapan dua orang teman. Suatu hari, si B sedang mendapat cercaan dari orang lain.

A : “Jadi orang yang sabar, ya.. Jangan cepat merespon cercaan tadi pakai emosi.”
B : “Iya, makasih sudah ngingetin..”
Dua hari kemudian, pekerjaan si A mendapat cemooh dari seorang guru.
A : “Sialan! Aku udah capek-capek ngerjain sampai tengah malam! Ujung-ujungnya cuma di cemooh! Sial!”
B : “Kamu ini gimana, sih? Kemarin nyuruh aku sabar. Katamu jangan cepat emosi. Sekarang kok…?”
Si B pun kecewa dan meninggalkannya temannya, si A.

               Menyampaikan kebaikan, menginginkan kebaikan dari orang lain, tapi diri sendiri belum melakukannya? Apa bisa kebaikan itu diperoleh dari orang lain? NO! Apa orang lain mau menuruti nasihat kita? NO! Pantaskah kita disebut Teladan? ABSOLUTELY NO!

              Ada banyak hal di dunia ini yang tidak kita sadari, telah melupakan poin penting yang satu ini, “memberi contoh kebaikan.” Adakalanya kita harus memberikan contekan pada orang lain. Kalau memberi contekan kebaikan pada orang lain tentu tidak akan mengurangi kebaikan itu sendiri. Pahala tidak berkurang, justru bertambah.

             Kebanyakan dari kita cuma paham teori. Setengah-setengah pula. “Pokoknya menyampaikan kebaikan.” Lalu teori yang setengah-setengah itu kita sampaikan pada orang lain lewat teori pula. “Pokoknya disampaikan, kan sesama manusia harus saling mengingatkan.

            Jika ingin orang lain melakukan suatu kebaikan, maka kitalah yang harus melukakan kebaikan itu sendiri terlebih dahulu. Bayangkan bila Tukang menyontek saat ulangan menasihati temannya agar tidak menyontek. Apakah temannya akan mengikuti nasihatnya? Sekedar mendengar nasihatnya saja tidak, apalagi melakukannya.

Saya kasih contoh lagi, cerita sederhana (versi saya)

Di ruang tengah tampak seorang ibu dan seorang anak sedang menonton televisi. Ibu berkata, “ Ayo, waktunya belajar..”
Sang anak pun menjawab, “Ya, sebentar, bu.. “

            Ibunya menunggu, melanjutkan menonton TV. Beberapa menit kemudian ibunya berkata lagi, “Katanya belajar? Ayo diambil bukunya!” lagi-lagi si anak menjawab, “ Habis ini, bu..”  si anak serius menonton TV. Beberapa menit kemudian ibu menegurnya kembali namun si anak tetap menunda-nunda perintah sang ibu. Keadaan itu berulang terus hingga sang ibu mulai jera dan marah karena anaknya tidak juga melaksanakan perintahnya. Sedangkan acara televisi masih berkoar di depan mereka dengan menggoda-nggoda untuk ditonton.

Nah, dari cuplikan cerita di atas, pernah menemui atau mengalaminya? Apa yang dapat kita simpulkan dari cuplikan di atas?

“Ah, itu mah salah ibunya tuh..”

“Anaknya lah yang salah, masa udah ditegur-tegur untuk belajar, ngga juga dilaksanakan?”

“No comment, deh.”

Ada yang berpendapat seperti itu?

             Memberi contekan kebaikan saja belum cukup. Mempersilakan atau memberi kesempatan orang lain untuk melakukan kebaikan pun juga perlu. Hal itu jauh lebih berarti daripada menyuruh sambil membentak-membentak dan terkesan memaksa bahkan memarahi. Dari cerita di atas, alangkah baiknya jika sang ibu mematikan televisi sebelum menyuruh anaknya belajar. Dengan begitu, akan timbul dukungan dari ibu kepada anak untuk belajar. Karena ibu mempersilakan anaknya belajar dengan cara yang seharusnya. Jika televisi tetap menyala dan ibu terus-menerus menegur anaknya untuk belajar, maka anak akan berpikir untuk menundanya. Ibunya saja menonton televisi.

Itu hanya contoh kecil, masih banyak lagi peristiwa di sekitar kita yang bisa diambil hikmahnya. Dari cerita diatas, bukan berarti saya ingin menyalahkan orang tua khususnya ibu. Ini hanya bentuk kepedulian terhadap peran orang tua dan hak anak. :)



1 comment:

  1. kaburumakqtan 'indzalloh, innallaha malaa taf'alun...

    allah memang tidak suka dengan hambanya yang menasihati tapi tidak melakukannya, hehe aku lupa suratnya, itu di ayat ke 3, ayat pertamanya yang " saabaha lillahi......"

    aku jadi lebih hati hati ne,,, hehe makasih yaaa dheek :*

    ReplyDelete

Copyright © 2014 The Words World