From a Pair of Slippers ~ Perdebatan Tentang Sepasang Sendal
"U are my ‘white’ for my own ‘red’. U are light in my own night." Untuk ibu dan seluruh anak-anakmu~
~~~~~~Tidak ada satu orang pun di dunia ini yang sama persis dengan orang lain. Dibiologi pun tidak ada individu yang sama persis bahkan kembar identik sekalipun. Aku mempunyai pandangan seperti ini, kamu seperti itu, dan kita berdua mempunyai pandangan yang berbeda dengan mereka dan siapa saja. Memang seringkali perbedaan menjadi alasan atau hulu dari sebuah pertengkaran yang biasanya memunculkan perdebatan. Tapi sebenarnya, disanalah letak keindahan. Saling melengkapi dan mengerti. :-)
~~~~~~ Aku suka berdebat. Maksudku berdiskusi. Misalnya saat presentasi makalah ketika pelajaran bahasa Indonesia. Aku bangga jika pendapat atau sanggahanku menang atau diterima orang banyak. Tapi aku sama sekali tidak bangga jika aku memenangkan perdebatan antara aku dan ibu! Tapi lebih tepatnya benci jika harus berdebat dengan Ibu.
~~~~~~~Kami sering berdebat. Pandangan kami bertolak belakang. Kalau aku diibaratkan warna merah, ibu bisa diibaratkan warna putih. Aku memang benci perdebatan dengan ibu, oleh karena itu mataku selalu basah tanpa disuruh meskipun aku berusaha keras menahannya. :’)
Tapi suatu hari, ketika langit siang sangat cerah. Bahkan terlalu cerah bagi bunga pukul 9.
Yah. . memang akhir-akhir ini cuaca tak menentu.
Pukul 11.30 siang, Minggu. Aku meninggalkan kesibukanku, menonton film!
~~~~~~~Aku menuju ke teras atas rumahku untuk membantu ibu, menjemur pakaian. Oh, sial, panas sekali !!
~~~~~~~Aku melihat Ibu kepayahan. Tentu saja. Ibu yang mengangkat ember penuh dengan cucian keatas sendirian dan ibu yang panas-panas menjemurnya. Dan sekali lagi, sendirian! aku hampir malas ke luar teras. Lantainya sangat panas sama sekali. Bisa diibaratkan besi yang hampir meleleh. Oh, ya Tuhan apa bumi ini sudah semakin telanjang tak berozon. Aku jadi ingat truk-truk jalan raya di sana, setengah kilometer dari rumahku. Asapnya abu-abu, menghirup bekasnya saja membuatku mual!
Really hot, here.
~~~~~~~Saat aku mulai melangkah ke luar dan mengambil beberapa pakaian, kami (aku dan Ibu) memulai perdebatan kecil. (kecil sekali). kurang lebih seperti ini (dalam bahasa Indonesia) :
Ibu : “Panas, pakai saja sandal ini!” kata Ibu. Aku memandangi sandal tua itu.
aku : “Ngga, ibu saja.” Jawabku.
Ibu : “Sudah. . pakai saja!”
aku : “Ngga, bu. Kenapa ngga ibu aja yang makai.”
Dst. . dan akhirnya aku kalah dan sandal itu ku pakai. Dan ini dia foto sendalnya :D
~~~~~~~Sambil membantunya, aku merenung, berpikir. Kalau aku jadi ibu, bahkan kalau ibu adalah orang lain, mungkin aku atau orang lain itu tidak akan melakukan hal ini. apalagi untuk orang yang tidak kenal. Bayangkan, dalam kondisi kepayahan dengan terik matahari yang terasa membakar kulit, ibu melakukan itu. aku sesekali melihat kaki ibu, tak tega.
~~~~~~~Awalnya kami berdebat memang. Dan aku yang kalah. Harusnya aku yang menang, kan? Kejadian ini membuatku merenung. “Kalau aku diibaratkan warna merah, ibu bisa diibaratkan warna putih. . “ Ya, I got it! Aku teringat pelajaran seni tentang percampuran warna. Ketika merah dan putih disatukan, maka akan terbentuk warna merah muda. Merah muda, warna yang halus. Bukankah begitu?
Lalu, waktu ibu berjalan di depanku, aku diam-diam memotret jejak kakiku dan ibu. Looks so beautiful, right?
~~~~~~~~HHH. . . U’re so kind, Mom :-) Sejak saat itu aku bisa merasakan bagaimana keadaan ibu saat bekerja sendirian, saat memasak, saat susah payah mengepel dan membersihkan rumah, juga saat ibu tertidur dikursi karena kelelahan. Dan sejak saat itu pula, aku berusaha mengerti ibu. Tidak ada lagi perdebatan panjang, tidak ada lagi egois. Karena ibu sendiri yang telah mengajarkanku lewat kejadian itu bahwa sesungguhnya kasih sayangnya tulus.
Thanks, Mom. U are my ‘white’ for my own ‘red’. U are light in my own night.
Forgive me,
I Love you. . :- )
0 responses:
Post a Comment